Akitvis Amnesty International Belanda, Yvette Lawson bergembira tribunal ini bisa berlangsung. Ia menghargai para hakim, terutama para jaksa yang datang dari Indonesia. Tapi yang paling ia apresiasi adalah para saksi mata yang terdiri dari para korban penyiksaan, karena mereka berani datang menjadi saksi. Mereka ini bisa terancam keselamatannya.
Lawson menyatakan, Amnesty International akan memonitor keselamatan mereka. Semua pihak seperti juga wartawan yang dalam kasus pembongkaran pelanggaran HAM sering diintimidasi, akan dimonitor keamanannya. Demikian Yvette Lawson.
Yvette Lawson menambahkan, ancaman bukanlah hal baru bagi Amnesty International. Dan tribunal seperti ini sudah sering terjadi sehubungan dengan kekerasan-kekerasan sebelumnya. Misalnya bertahun-tahun kekerasan sempat terjadi di negara-negara seperti Cile, Guatemala, Argentina, Spanyol dan lain-lain. Mereka yang memperjuangkan HAM dan melawan impunitas terancam hidupnya. Mereka yang terancam itu terdiri dari para jaksa, wartawan dan tentu saja para saksi.
Lalu ditanyakan ia mengira tribunal ini akan mencapai penyelesaian yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh para korban yang sudah lanjut usia. Yvette Lawson mengatakan, bahwa itu bukan dia yang menentukan. Tapi ia berharap agar itu terjadi, supaya para korban mencicipi keadilan.
Kalau melihat sikap dari pemerintah Indonesia sekarang, kecil harapan tribunal ini akan membuahkan hasil seperti yang diinginkan para korban. Tapi di balik perasaan pesimis itu, tersimpan juga harapan di hati aktivis HAM ini.
“Saya berharap Presiden Joko Widodo akan mengambil sikap tentang hak asasi manusia sebagai pemimpin dunia yang dihormati yang bisa membawa kebenaran dan keadilan bagi Indonesia, dan bagi kemanusiaan secara umum.”
This post is also available in: Indonesian