Membongkar Mitos Perempuan dalam Karya Seni Dolorosa Sinaga

2020-02-11T08:04:41+01:00February 11th, 2020|Categories: Opinion|Tags: , |

*Nunu Pradya Lestari | Konde.Co Perempuan itu lebih cocok dilukis, bukan jadi pelukis. Pernyataan tersebut pernah terlontar dari seorang pelukis kenamaan sekaligus menjadi representasi atas mitos perempuan sebagai obyek seni. Para seniman perempuan kemudian membongkar mitos ini dan mempengaruhi perkembangan seni di Indonesia dan Asia Tenggara. Konde.co- Selama ini banyak karya seni rupa dan tubuh perempuan masih [...]

Comments Off on Membongkar Mitos Perempuan dalam Karya Seni Dolorosa Sinaga

Afro-Asiaisme di Akademi Indonesia

2020-02-11T08:52:26+01:00February 10th, 2020|Categories: Opinion|Tags: , |

Wildan Sena Utama | 10 Februari  Empat tahun lalu, Carolien Stolte menulis di blog ini bahwa Bandung telah membentuk orientasi baru menuju regionalisme melalui karier sejarawan maritim terkenal Indonesia AB Lapian. Visi regionalis Lapian mengarah pada upaya awal dekolonisasi dalam historiografi Asia Tenggara dan khususnya sejarah Indonesia. Sementara Carolien berpendapat bahwa Bandung membentuk regionalisme Asia Tenggara baru di akademi [...]

Comments Off on Afro-Asiaisme di Akademi Indonesia

Membicarakan 1965: Kita Sudah Pernah Cukup Maju

2018-04-26T21:35:19+02:00April 26th, 2018|Categories: Opinion|Tags: , , , , |

Suhadi Cholil* | September 19, 2017 Pada hari Sabtu, 16 September 2017, kegiatan seminar yang direncanakan akan mendiskusikan sejarah 1965 dibubarkan Polda Metro Jaya. Jalan menuju kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, tempat kegiatan itu, diblokade aparat sehingga peserta seminar yang sebagiannya dari generasi tua tidak bisa masuk. Hari berikutnya, para aktivis memprotes pelarangan seminar di LBH tersebut [...]

Comments Off on Membicarakan 1965: Kita Sudah Pernah Cukup Maju

Cendrawasih dari Priangan

2018-04-26T21:15:52+02:00April 26th, 2018|Categories: Opinion|Tags: , , |

26 April, 2018 - 00:02 | Hawe Setiawan* INGATAN kolektif, betapapun retaknya, tersimpan di halaman koran. Laporan Gadis Rasid, "Boekencensuur in Indonesië Blijft Aanhouden", dalam NRC Handelsblad, 28 September 1976, mencatat bahwa 99 judul buku karya para penulis Indonesia dilarang beredar oleh pemerintah Indonesia waktu itu. Kejaksaan Orde Suharto mengaitkan buku-buku itu dengan Partai Komunis Indonesia dan organisasi-organisasi mantelnya. [...]

Comments Off on Cendrawasih dari Priangan

Persekusi dan Opresi Demokrasi

2018-04-03T19:34:46+02:00April 3rd, 2018|Categories: Opinion|Tags: , , |

Oleh: Rasyid Ridha Saragih Runtuhnya pemerintah otoriter Orde Baru menjadi berkah bagi kondisi kebebasan sipil. Namun dalam perjalanannya, kondisi tersebut kini sedang dipertaruhkan. Bila dulu banyak dari tindakan opresi dilakukan secara vertikal oleh Negara terhadap masyarakat, opresi atas kebebasan sipil kini banyak dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu terhadap kelompok masyarakat lainnya. Opresi tersebut salah satunya termanifestasi [...]

Comments Off on Persekusi dan Opresi Demokrasi

Genosida Intelektual, UGM dalam Bayang Tragedi ’65

2018-04-01T15:34:17+02:00March 30th, 2018|Categories: Opinion|Tags: , , , |

28 Maret 2018 Pada rentang waktu 1965-1966, terjadi pembantaian massal di seluruh wilayah Indonesia terhadap para terduga komunis. Semua orang yang berafiliasi ataupun diduga memiliki hubungan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) ditangkap dan dibunuh. Mereka yang tertangkap namun tidak dibunuh harus menjalani tahanan, kerja paksa, dan diskriminasi untuk waktu yang lama, bahkan hingga saat ini. Majelis [...]

Comments Off on Genosida Intelektual, UGM dalam Bayang Tragedi ’65

Hilang dan Mati Pasca 65

2017-11-18T11:12:59+01:00November 15th, 2017|Categories: News, Opinion|Tags: , , , |

15 November 2017 | Gde Putra | Sumber: Indoprogress.Com Meyakininya mati adalah cara untuk bertahan hidup bagi keluarga korban, agar bisa menghindari pertanyaan-pertanyaan mengenai nasib anggota keluarganya yang hilang. Mereka tak ingin pertanyaan-pertanyaan itu memberatkan langkah mereka saat melewati jalan terjal pasca pembantaian massal 65. Mereka harus berjuang dari nol, dipersulit oleh pemerintah, serta dililit stigma PKI. TIDAK [...]

Comments Off on Hilang dan Mati Pasca 65

Telegrams confirm scale of US complicity in 1965 genocide

2017-10-21T12:50:15+02:00October 20th, 2017|Categories: Opinion|Tags: , , |

October 20, 2017 | Jess Melvin* There is much outrage in the United States that a foreign state might have attempted to influence its 2016 Presidential Election. The release on 17 October of a cache of previously classified telegrams sent from the US Embassy in Jakarta provides new and damning evidence that the US is no stranger [...]

Comments Off on Telegrams confirm scale of US complicity in 1965 genocide

Q&A: Was China behind the Sept. 30 1965 failed coup?

2017-10-21T06:14:35+02:00October 20th, 2017|Categories: Opinion|

Devina Heriyanto | Jakarta | Fri, October 20, 2017 | 08:05 am Decades have passed and Indonesians are keen to debate what exactly happened on the fateful night of Sept. 30, 1965 and during the months-long communist purge that followed. Last year, an attempt at reconciliation was made by the National Commission on Human Rights (Komnas HAM) with a [...]

Comments Off on Q&A: Was China behind the Sept. 30 1965 failed coup?
Go to Top