SABTU, 21 OKTOBER 2017 , 00:33:00 WIB | LAPORAN: RANGGA DARMAWAN HARAHAP

RMOL. Arsip merupakan data primer dalam penelitian sejarah yang mampu mengungkap kejadian masa lampau.

Begitu kata peneliti International People’s Tribunal (IPT) 65 Sri Lestari Wahyuningrum menanggapi publikasi 39 dokumen rahasia oleh pemerintah AS pada 17 Oktober 2017.

Dokumen yang berisi 30 ribu halaman itu berisi tentang aktivitas kedutaan AS di Jakarta pada periode 1964 hingga 1968 .

“Arsip itu dalam penelitian sejarah ada fungsinya sebagai data primer,” ujar Sri saat diwawancarai di Kantor Amnesty, Menteng, Jakarta, Jumat (20/10).

Menurutnya, berdasarkan data dari AS tersebut, terbukti ada keterlibatan negara lain yang ikut campur tangan pada tragedi 1965. Sehingga, pemerintah perlu merespon pengungkapan sejarah 1965 yang dilakukan oleh Amerika. Caranya, dengan membuka arsip pemerintah yang tersimpan di Arsip Negara Republik Indonesia (ANRI).

“Pemerintah seharusnya juga membuka dengan versi kita, justru bagus, jadi kita bisa melakukan proses pengungkapan sejarah tersebut,” sambungnya.

Dokumen rahasia berisi komunikasi kabel diplomatik AS tentang tragedi berdarah tahun 1965 dibuka ke publik oleh lembaga nirlaba National Security Archive (NSA), National Declassification Center (NDC), dan lembaga negara National Archives and Records Administration (NARA) pada 17 Oktober 2017.

Dokumen yang diungkap itu berisi 39 dokumen rahasia pembantaian 1965 setebal 30.000 halaman. Semuanya merupakan catatan Kedutaan Besar Amerika di Indonesia dari tahun 1964 hingga 1968.

Dokumen itu berisi tentang tragedi politik hingga pembantaian massal tahun 1965 atau saat terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Adapun dokumen yang diungkap itu antara lain mengenai Angkatan Darat yang hendak menjatuhkan Presiden Soekarno, Soekarno dan intrik permainan Istana, dan rencana membunuh Menteri Panglima Angkatan Udara Indonesia Omar Dani.

Kemudian ada juga dokumen yang berisi tentang peran Sjarif Thajeb untuk diskreditkan Soekarno, Adnan Buyung yang turut melemahkan PKI dan Soekarno, dan kerusuhan rasial yang menyasar etnis Tionghoa.

Selain itu ada juga permintaan bantuan dari tentara ke AS, kader PKI mengaku tidak tahu yang terjadi, jihad membantai ribuan orang di daerah, dan Angkatan Darat yang mempersenjatai Hansip untuk bunuh PKI. [ian]

Sumber: RMOL.Co

This post is also available in: Indonesian