lukisan_aidit

Sumber : BBC Indonesia, 13 Agustus 2016

Lukisan yang menampilkan ratusan tokoh penting dalam perjalanan sejarah Indonesia di Terminal tiga Bandara Sukarno-Hatta, Jakarta, akhirnya diturunkan karena menimbulkan polemik di masyarakat.

Penyebabnya, ada sosok yang diyakini sebagai Ketua Partai Komunis Indonesia, PKI, Dipa Nusantara Aidit di dalam lukisan berjudul #The Indonesia Idea karya perupa Galam Zulkifli tersebut.

Semenjak dimunculkan di media sosial, timbul pro dan kontra di masyarakat terhadap sosok DN Aidit dalam lukisan tersebut, dan berujung ada tuntutan agar lukisan itu diturunkan.

Dalam lukisan itu, gambar Aidit berukuran kecil jika dibandingkan tokoh NU Hasyim Asyarie dan tokoh Muhammadiyah Ahmad Dahlan.

Semula hanya ditutupi kain putih, pihak pengelola bandara Sukarno Hatta akhirnya memutuskan untuk menurunkan lukisan itu sejak Jumat (12/08) siang.

“Karena (lukisan itu) dirasa menimbulkan macam-macam pengertian, persepsi, ya akhirnya diturunkan Jumat (12/08) kemarin,” kata Senior General Manager Bandara Soekarno Hatta, Muhammad Suriawan Wakan kepada BBC Indonesia, Sabtu (13/08) sore.

Keterangan dari PT Angkasa Pura II menyebutkan, lukisan itu diturunkan sementara sampai ada penjelasan resmi dari kurator lukisan tersebut.

‘Ada pahlawan, ada pemberontak’

Dihubungi wartawan, kurator lukisan tersebut, Chris Darmawan mengatakan dirinya “tidak ada maksud politik atau niat apapun” untuk melukis sosok DN Aidit dalam lukisan besar tersebut.

Menurutnya, semua tokoh yang pernah mewarnai jalannya sejarah Indonesia memang dimuat, terlepas apakah mereka dikategorikan pahlawan atau pemberontak.

“Dari awal Indonesia sampai sekarang ‘kan banyak peristiwa. Itu digambarkan di situ. Itu mengambarkan apa adanya. Nggak ada maksud sama sekali untuk menyinggung PKI,” jelas Chris Darmawan.

“Dia ‘kan pelaku sejarah untuk menjadikan Indonesia sampai sekarang… Jadi harus secara utuh. Nggak ada maksud politik, tapi lebih ke unsur obyektifitas sejarah,” paparnya.

Penjelasan tertulis pelukis

Sejumlah laporan menyebutkan, di bawah lukisan itu ada keterangan tertulis dari sang perupa, Galam Zulkifli. Salah-satu kalimatnya:

“Indonesia bukanlah sebuah antinomi yang memperlihatkan wajah yang tunggal. Ia adalah sebuah pembayangan bersama yang ditopang dari ide yang beragam”.

Galam juga menulis: “Proses menjadi Indonesia adalah sesungguhnya kerja coba-coba yang serius. Bukan saja proses ini melahirkan pahlawan, tapi juga pemberontak”.

“Bukan saja proses ini menobatkan sejumlah pemilik ide menjadi “tokoh bangsa” yang tampil dalam silabus sejarah,” tulis Galam, “tapi juga pengusung ide yang teralpa dan bahkan terkubur karena pilihan ideologis yang kalah dalam pertaruhan.

“Ide-ide yang bertaruh dan diperjuangkan dengan keras kepala itulah yang membingkai wajah Indonesia yang terwariskan hingga kini,” jelasnya.

This post is also available in: Indonesian