“Mereka yang menangis dan Allah yang terluka, nyaris berada di tiap jengkal tanah tumpah darah Indonesia. Dari Aceh sampai Ambon. Dengan sastra yang bersahaja ini, kuajak Tuan-tuan tidak untuk meratap, mengutuk, mendakwa, dan menghukum. Tetapi, untuk mengenali, mengingat sampai mati, supaya kejahatan serupa takkan berulang lagi” (hlm. ix – x).
simak pula
dalam Jurnal Prisma Edisi Seratus Tahun Soedjatmoko – Volume 42, Nomor 1 Tahun 2023.
simak Trilogi Martin Aleida : Jalan Lain Meraih Keadilan – Chris Wibisana
For Indonesia’s hauntingpast, Jokowi’s resolution is non-judicial
A new book throws light on the 1965 massacres – but the government’sredress for victims is yet to extend to justice for the perpetrators.
[Memoar : Romantisme Tahun Kekerasan] Kesaksian Martin Aleida : Saya Menemukan Penjara yang Lebih Besar dari Sekadar Satu Sel…. dan ‘Kata-Kata’ Sebagai Jalan Pembebasan
IPT 1965, Kesaksian Martin Aleida : Saya Menemukan Penjara yang Lebih Besar dari Sekadar Satu Sel I Genosida Politik 1965 – 1968
This post is also available in: Indonesian