Hendra Friana | 23 September, 2017
Rencana Presiden Joko Widodo untuk membuat ulang film Pengkhianatan G30S/Partai Komunis Indonesia (PKI) direspon positif oleh Sutradara Jajang C Noer. Menurutnya, versi baru film tersebut harus memuat data-data mutakhir tentang peristiwa penculikan tujuh Jenderal di malam menjelang satu Oktober tersebut.
“Ya karena tahun 2000 waktu kita reformasi, ada data yang baru yang masuk. Seperti hasil forensik, tidak ada pencongkelan mata. Pun dari CIA, ya itulah pelengkap itulah yang bisa dikemukakan,” katanya usai diskusi tentang film G30S/PKI di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (23/9/2017).

Ia mengakui, data yang dipakai suaminya, Arifin C Noer, untuk membuat skenario film pengkhianatan G30S/PKI pada 1984 tidak sepenuhnya faktual. Sebab, data yang dipakai tersebut diberikan oleh pemerintah Orde Baru melalui Nugroho Notosusanto, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu.

Saat melakukan riset lanjutan pun, kata Jajang, sangat sulit mencari narasumber dari pihak PKI yang bisa dimintai keterangan untuk observasi.

“Waktu jaman kami dulu, enggak ada PKI yang mau ngomong. Muncul pun tidak berani,” katanya.

Ia mengatakan, satu-satunya narasumber yang bisa diwawancarai pada waktu itu adalah Syam Kamaruzaman, anggota kunci PKI yang telah dieksekusi mati pada tahun 1986.

“Karena dia dipenjara, kalau enggak salah di Cipinang, nah kami ke sana dan dia sama sekali tidak memberi apa-apa, sama sekali, dia diam saja,” katanya.

Lantaran itulah, menurut Jajang, dalam versi baru film tersebut mantan anggota atau simpatisan PKI harus diberikan ruang untuk menjelaskan peristiwa. Hal itu agar skenario film sejarah yang dibuat lebih mendekati fakta atau sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

“Tentu saja pasti lama. Tapi saya harap dan saya percaya, akan baik karena dengan kemajuan teknis perfilman akan lebih mudah akan lebih bagus dan akan melengkapi data data sejarah yang kita tahu selama ini,” ujarnya.

Seperti diketahui, sebelumnya Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo menginstruksikan jajaran TNI di seluruh daerah menggelar nonton bareng (nobar) film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI bersama masyarakat pada 30 September mendatang.

Terkait instruksi itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai bahwa film tersebut perlu dibuatkan versi yang baru. Namun, ia tidak menjelaskan pada aspek apa saja pembaruan mesti dilakukan.

“Ya akan lebih baik kalau ada versi yang paling baru, agar lebih kekinian,” kata Jokowi usai meninjau Jembatan Gantung Mangunsuko di Kecamatan Dusun, Magelang, Jawa Tengah, Senin (18/9/2017) seperti diberitakan Antara.

Mantan gubernur DKI Jakarta itu menyebut, versi terbaru film G30S PKI penting agar generasi muda milenial lebih bisa menerima pesan sejarah yang hendak disampaikan.

“Untuk anak-anak milenial yang sekarang tentu saja mestinya dibuatkan lagi film yang memang bisa masuk ke mereka,” ujarnya.

“Biar mereka mengerti tentang bahaya komunisme, biar mereka tahu juga mengenai PKI,” lanjutnya.

Sumber: Tirto.Id

This post is also available in: English