Dieqy Hasbi Widhana | 18 September, 2017
Kegiatan bertajuk ‘Asik-Asik Aksi: Indonesia Darurat Demokrasi” di gedung tempat LBH Jakarta berkantor itu diinisiasi oleh sejumlah penggiat sosial dan budaya serta aktivis sipil dan politik Indonesia. Mereka merespons langkah pembungkaman terhadap acara seminar bertajuk “Pengungkapan Kebenaran Sejarah 1965/1966”, yang sedianya digelar di tempat yang sama pada Sabtu dan Minggu, 16 & 17 September kemarin.
Para pengunjung acara, termasuk para manula, tertahan dan memikirkan keselamatan nyawa. Media sosial ramai. Foto-foto dan video pendek berseliweran di beranda Facebook dan linimasa Twitter.
Ada teriakan. Ada amarah. Ada ketakutan. Ada pula mediasi, yang berlangsung alot, untuk bisa mengevakuasi para pengisi dan pengunjung acara.
Di sisi luar pagar gedung, massa juga makin beringas. Mereka mulai melempari batu. Ada tembakan peringatan. Ada penghadangan. Ada langkah kepolisan memecah konsentrasi massa lewat meriam air dan gas air mata.
Reporter kami berada di pusat peristiwa saat pengepungan itu terjadi. Ada yang tertahan di dalam gedung bersama pengunjung lain, ada juga yang melaporkan dari titik massa pendemo. Reporter kami bekerja hingga situasi setempat benar-benar aman.
Mereka pulang ketika langit Jakarta merekah dan menyaksikan ‘Pasukan Oranye’ mengisi jalanan untuk membersihkan pecahan kaca, sandal-sandal yang putus dan tergeletak berselimut debu, dan beberapa motor yang dibiarkan di jalan.
Ini sebagian kronologis peristiwa Minggu malam hingga Senin subuh di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta dan areal sekitarnya, yang kami himpun dari laporan di lapangan, sebagian lagi diambil dari live-tweet akun Tirto.id
17 September 2017
15.00
Acara ‘Asik-Asik Aksi’ sedianya mulai sesuai undangan terbuka di LBH Jakarta
Sekitar 18.00
Kasat Intel AKBP Danu Wiyata memasuki gedung YLBHI. (Catatan: Danu Wiyanta pernah menampar buruh perempuan di Tangerang saat menjabat Kasat Intel Polres Tangerang Kota.)
18.00
Peserta yang masuk mulai disaring dengan didata
Sekitar 22:00
LBH dikepung massa. Mula-mula berjumlah 100-an orang. Semakin tengah malam semakin membesar. Seruan Siaga: “LBH sedang dikepung massa dan berorasi & mendorong-dorong pagar gerbang. Meski sudah jam 22.30, aksi tidak dibubarkan oleh kepolisian.”
Massa pendemo menuduh di dalam gedung LBH ada “acara PKI.” Tuduhan ini tidak benar. Acara itu berisi baca puisi dan menyanyi.
Di dalam gedung orang-orang tegang, mereka tak bisa keluar. Ada ibu-ibu Kendeng menginap. Hanya ada satu galon air untuk beberapa orang. Tak bisa keluar untuk suplai logistik.
23:56
Perwakilan pendemo tetap memaksa masuk seraya merentangkan spanduk karton bertuliskan: “Tutup & Segel Kantor LBH, Sarang PKI”. Mereka tidak percaya kalau di dalam hanya acara seni. Mereka menduga ini “konsolidasi komunis.”
PROSES MEDIASI
23.59
Massa yang melabeli diri sebagai “Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti-Komunis” diwakili oleh dua orang tua berbaju putih, salah satunya Pimpinan Badan Masyarakat Betawi, Muhammad Rifki atau yang dipanggil Eki Pitung.
Dari pihak keamanan: Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz, Kapolres Jakarta Pusat AKBP Suyudi, dan Dandim Jakarta Pusat Kolonel Edwin.
Dari perwakilan panitia, Usman Hamid (Amnesty International Indonesia), Yati Andriyani (KontraS), Alghiffari Aqsa (LBH Jakarta), dan Asifinawati (YLBHI).
Mediasi berlangsung di antara pagar. Perwakilan massa terus berupaya masuk. Mereka tak percaya dengan kesaksian Kasat Intel AKBP Danu Wiyata bahwa di dalam gedung YLBHI tak ada acara yang disebut “komunis.”
Saat mediasi, ada sekitar empat orang yang terus-menerus berteriak: “Bantai PKI, biarkan demonstran masuk, dan di dalam ada pemutaran lagu genjer-genjer.”
Salah satu wakil massa berkata, “Intinya mereka dapat info ada kegiatan komunis, beredar melalui grup WhatsApp.”
Kapolda Idham Aziz: Saya menghargai privasi dalam suatu ruangan. Perizinan sudah didapat dari Badan Intel Keamanan Mabes Polri. Kami ke sini hanya melaksanakan pengamanan. Kita kalau bicara begini terus tidak akan selesai. Yang paling penting, di dalam tidak ada kegiatan itu.
Wakil massa: Berapa banyak atribut PKI di dalam?
Kapolda: Tidak ada. Saya yakin. Masak harus sumpah pocong.
Kapolres Suyudi: Saya jamin itu tidak ada.
Eki Pitung: Saya hanya ingin situasi ini tenang. Massa sudah tidak terbendung. Kalau di dalam bukan PKI, silakan perwakilan menyatakan sikap bahwa bukan PKI. Saya penjamin itu, saya ingin dikawal juga oleh kepolisian. Kami mengawal bapak, Bamus Betawi dan FPI semua mengawal. Kita mau 5 menit saja ke dalam.
Kapolda: Begini saja. Kita komunikasi saja, bisa? Ini sudah malam, kita jangan membangun teori.
Usman Hamid: Kalau kita saling percaya, artinya musyawarah inilah akhir penyelesaiannya. Ini musyawarah pimpinan. Kalau ada tuduhan di sini ada lembaga PKI, kalau itu dianggap melanggar hukum, proses hukum.
Wakil massa: Kita waktu demo ke Istana Negara bisa masuk. Bisa kita sampai ketemu Presiden Jokowi.
Dandim dan Kapolres memasuki gedung YLBHI. Mereka menjamin keselamatan semua orang di dalam LBH. Mereka siap menjaga lokasi hingga orang-orang di dalam LBH bisa pulang.
00.14
Dandim dan Kapolres keluar gedung YLBHI. Sesampainya di luar pagar, ia memberikan nomor ponselnya kepada perwakilan demonstran.
Kapolda Idham Aziz: Saya menjamin tidak ada acara seperti yang dituduhkan itu. Kalau ada, laporkan ke Polda, saya akan proses. Kalau antum sudah paham, saya akan tugasin Kapolres.
Kapolres Suyudi: Saya dari dalam, situasi sudah kondusif, tidak ada lagi kegiatan dan tidak ada kegiatan PKI seperti yang dipikirkan masyarakat. Masyarakat bisa bubar, tetap kita saling jaga.
00.19
Kapolda, Dandim, Kapolres, dan perwakilan massa yang ikut mediasi, menyampaikan hasil perundingan ke demonstran.
Dandim Kolinel Edwin: Diam semuanya. Setelah ini rekan-rekan, saudara-saudara sekalian tenang, karena yang di dalam mau keluar juga tidak bisa keluar.
“Jangan kasih keluar,” sahut massa.
“Tidak bisa, dong,” kata Dandim, “biarkan mereka pulang.”
“Kita negara hukum. Tenang. Kita akan ikuti. Kita akan kawal prosesnya. Kita akan kawal prosesnya. TNI dengan Polri akan bersama-sama mengawal proses ini. Baik di sini atau proses hukum. Kita akan kawal,” ujar Dandim, lagi.
00.22
Teriakan “ganyang PKI” diiringi suara pecahan kaca bagian depan YLBHI. Kaca depan mobil sedan milik salah satu pengacara publik LBH Jakarta juga retak akar akibat benturan benda tumpul. Pagar besi nyaris roboh.
00.24
Kapolda balik ke tempat mediasi. Ia bersantai di pos ronda, depan pintu pagar YLBHI.
00.28
Demonstran di Jalan Pangeran Diponegoro dan Jalan Kimia menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’.
00.32
Ada 14 demonstran yang masih bocah bertengger di pagar YLBHI.
00.41
Sekitar sepuluh orang keluar dari gedung YLBHI, nongkrong di tangga. Ini memancing makian dari 14 bocah yang bertengger di pagar: “PKI Anjing!” “Ganyang PKI!”. Mereka menantang adu jotos.
Teriakan itu membuat massa di Jalan Pangeran Diponegoro dan Jalan Kimia kembali memadati Jalan Mendut.
00.43
Lempengan beling seperti piring dilempar ke parkiran LBH, dilakukan oleh salah satu dari 14 bocah itu.
00.45
Perwakilan demonstran yang ikut mediasi, tetapi juga menekan saat proses rembug itu, mengambil alih komando. Ia berorasi keras sekali.
“Ingat Islam mengajarkan rahmatan lil ‘alamin,” kata Kapolres Suyudi, berusaha menenangkan gemuruh teriakan massa. Tapi justru ia disoraki massa.
00.47
Kapolres mendekati pagar tempat 14 bocah bertengger; didampingi Natalius Pigai, anggota Komnas HAM.
00.49
Orang-orang yang tadinya nongkrong di tangga LBH kembali masuk ke dalam gedung.
00.52
Massa makin panas. Mereka mengacungkan helm dan poster berisi tuntutan “Bubarkan LBH.”
00.53
Kapolres dan Kapolda berunding. Perintah Kapolda: “Ketatin dikit, lokalisir mereka.”
01.03
Natalius Pigai ikutan berunding.
01.04
Kapolda berencana evakuasi orang-orang di dalam gedung YLBHI.
01.07
Tim Sabhara bermotor trail datang dari arah belakang Jalan Mendut. Ada 4 motor dan 7 personil Brimob. Brimob yang menyetir motor membawa laras panjang, yang dibonceng membawa senjata gas air mata.
Warna selongsong gas air mata kuning dan merah. Brimob yang membawa laras panjang diperintah mengokang senjata, satu butir selongsong besi jatuh ke aspal, langsung diambil dan dikantongi.
Demonstran langsung mundur sekitar lima langkah.
KERICUHAN PECAH
01.11
Demonstran didesak mundur lagi lima langkah.
Demonstran melempari polisi dengan botol Aqua dan berusaha mendorong balik polisi. Beberapa polisi di barisan depan terlibat baku hantam dengan massa.
01.35
Kompi Sabhara bermotor memecah massa. Ada 5 polisi yang kepalanya bocor ditarik mundur ke Jalan Mendut. Gas air mata ditembakkan lebih dari 9 kali.
Mobil meriam air menyembur. Satu kompi Brimob dan pasukan elite dikerahkan menyerbu massa. Konsentrasi massa terpecah ke arah Jalan Pegangsaan Barat, Jalan Kimia, dan Salemba Raya.
01.39
Satu mobil Barracuda dikerahkan ke arah demonstran.
01.40
Evakuasi orang-orang di dalam gedung YLBHI mulai dilakukan bertahap. Ada satu perempuan digotong dan dua perempuan menangis.
01.47
Demonstran di arah Metropole, masih berusia bocah sekitar 20-an orang, melempari mobil Barracuda dan meriam air polisi. Polisi tiga kali meletuskan tembakan peringatan dari laras panjang ke arah langit.
Massa makin massif melempar batu. Polisi akhirnya menembakkan belasan gas air mata.
Kondisi Sudah sepi lagi. Demonstran tak ada di Jalan Mendut maupun di Jalan Pangeran Diponegoro. Di kedua jalan itu bertebaran sandal, batu batako, batu bata, pecahan batu alam, botol Aqua, dan lonjoran kayu.
Orang-orang di dalam gedung YLBHI kembali beruntun dievakuasi ke tikungan Jalan Mendut.
EVAKUASI BERTAHAP
02.49
Perundingan evakuasi dimulai.
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Purwadi Arianto meminta para korban duduk agar mudah dikenali jika ada orang asing atau penyusup yang datang. Ia juga meminta agar mereka tak tak mengabarkan posisi ke sanak-saudara dan lokasi evakuasi.
Wakapolda bilang, evakuasi akan dilakukan ke Polda. Tapi ketika Natalius Pigai datang, tujuan evakuasi berubah ke Komnas HAM.
02.52
Evakuasi pertama. Terdapat dua truk polisi, masing-masing berisi 24 orang, dan satu mobil warga.
Ada tiga orang yang dianggap penyusup diinterogasi pihak kepolisian. Demonstran yang tertangkap digelandang ke Polda.
03.17
Evakuasi kedua. Ada empat truk polisi, satu mobil korban evakuasi, dan empat motor. Jumlah penyusup bertambah menjadi 13 orang.
03.57
Namun Komnas HAM juga tak aman.
Massa pendemo, berjumlah belasan, datang ke sana. Mereka teriak dan memaki-maki sambil bertanya kepada satpam Komnas HAM: “Apa benar yang datang ke acara LBH dievakuasi ke situ?” Satpam bergeming. Massa kemudian bubar.
04.00
Massa lain datang lebih banyak, jumlahnya ada puluhan (sumber di lokasi menyebut 50-an). Mereka datang dan memaki-maki lagi.
Mereka sempat menggoyang-goyangkan pagar.
Natalius Pigai datang dari LBH. Massa itu langsung teriak “Abang” ke Pigai. Belum sampai salaman, polisi datang. Suara sirine bikin massa kabur.
04.02
Evakuasi ketiga.
Alghiffari Aqsa (LBH Jakarta) marah-marah karena Pigai mengarahkan evakuasi ke Komnas HAM.
05.20
Natalius Pigai keluar dari gedung Komnas HAM. Setiba di depan pagar, ia bilang, “Itu yang massa kepung LBH, punya saya semua. Orang 212 itu.”
PULANG
05.44
Mengabarakan rencana evakuasi dari Komnas HAM ke arah rumah atau persinggahan masing-masing. Orang-orang terakhir di Komnas HAM akan dipecah menurut wilayah. Disediakan 2 bus dan 3 mobil tanpa atribut polisi tapi dikemudikan oleh Reskrim Polda.
Proses pemulangan ke-56 orang:
12 orang naik bus ke arah Jakarta Selatan
11 orang naik bus ke arah Jakarta Barat
9 orang naik 2 Avanza silver ke arah Jakarta Pusat
4 orang naik Avanza silver ke arah Jakarta Timur
20 orang tetap di Komnas HAM.
This post is also available in: English